Ketika Umar bin Abdul Azis dibaiat menjadi khalifah, jiwanya bergetar, air matanya menetes. Tubuhnya yang gagah tegap sebelum menjadi khalifah, kini wajahnya pucat kemisut dan tubuhnya menyusut.
Pernah para penduduk bertanya kepada istrinya. Sang istri menjawab bahwa sejak diangkat menjadi khalifah, khalifah sangat sedikit tidurnya dan hari-harinya tenggelam untuk melayani rakyatnya. Ia pernah berkata, ”O, alangkah beratnya amanah. Padahal pada hari kepastian, aku akan diminta pertanggungjawaban oleh fakir miskin, anak-anak yatim, dan para janda syuhada.”
Dengarkan dan simaklah dengan rasa haru, betapa Sayyidina Ali memberikan fatwanya yang sangat indah, ia berkata, ”Ketahuilah wahai hamba-hamba Allah, bahwa kamu sekalian serta segala yang kamu miliki dari dunia ini berada di jalan orang-orang sebelum kamu yang telah pergi meninggalkannya. Mereka lebih panjang usianya daripada kamu, lebih makmur kediamannya dan lebih membekas peninggalannya.
Suara-suara mereka kini redup membisu, kegiatan mereka tak berbekas, tubuh-tubuh mereka hancur, rumah-rumah mereka sunyi senyap dan peninggalan mereka kini hanya reruntuhan. Nama dan panggilan mereka sirna diterkam warna zaman. Istana yang dilulur mutu manikam dan permadani, kini hanya fosil bebatuan. Tempat-tempatnya berhimpitan, namun penghuninya berjauhan. Betapa mungkin mereka saling berkunjung, sedangkan jasad-jasad mereka telah hancur luluh oleh kerapuhan.
Kini bayangkanlah seolah-olah kalian sendiri telah menjadi mereka. Tertahan di atas tempat pembaringan seperti itu, terkungkung dalam ruangan gelap pengap. Tubuhmu yang gagah, kini ajang pesta rayap-rayap kecil. Apa kiranya yang akan kalian lakukan apabila telah sampai akhir perjalanan? Saat gundukan tanah terakhir menutup lubang kuburan, jawaban apa yang akan engkau berikan pada saat sidang peradilan?”
Sedangkan junjungan kita tercinta Rasulullah saw. bersabda, "Ketahuilah bahwa kubur itu taman-taman yang ada di surga. Atau lubang dari segala lubang di neraka.” (HR Tirmidzi)
Maka datangilah kuburan! Biarkan setiap nisan bisu itu menjadi nasihat untuk dirimu. Tataplah dengan penuh rasa haru. Di hadapanmu ada gundukan tanah yang memeluk tulang-belulang. Di antara mereka ada yang namanya disanjung atau dipasung. Di antara mereka ada yang hidupnya mewah penuh suka cita gelak tawa.
Tetapi ada pula mereka yang selama hidupnya didera deru derita penuh duka. Kini tubuh mereka bernasib sama, bisu beku, mendebu. Tetapi ruhnya berbeda-beda. Ada yang bergembira ria memasuki taman surga, ada yang menjerit penuh nestapa memasuki lubang-lubang gelap yang lebih gelap lagi.
Faridudin Attar berkata, ”Aku tahu ada yang terus mengejarku dan aku tidak akan mampu menghindar dari kejarannya, yaitu kematian! Karenanya aku selalu mempersiapkan diri untuk menghadapinya- I know that there is someone pursuing me ---Death - whom I cannot escape from, so I have prepared myself to meet him.”
Orang bijak berkata, ”Ketika terlahir engkau menangis, dan semua yang menyambut tertawa. Maka ketika datang hari perjumpaan, jadikanlah dirimu tertawa menatap taman surga, dan orang-orang menangis duka kehilangan dirimu.” Oleh sebab itu, jadilah anggota rombongan yang tahu arah ke mana akhir perjalanan mengarah. Sebelum datang saat yang pasti.
Dari berbagai sumber
Semoga bermanfaat bagi kita bersama !! Aamiin ya rabbal 'alamiin
Posting Komentar untuk "Nasehat Bisu"