PENGERTIAN KACANG KEDELAI


1.   PENGERTIAN KACANG KEDELAI
Kedelai merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak. Kedelai
jenis liar Glycine ururiencis, merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai
yang kita kenal sekarang (Glycine max (L) Merril). Berasal dari daerah Manshukuo
(Cina Utara). Di Indonesia, yang dibudidayakan mulai abad ke-17 sebagai tanaman
makanan dan pupuk hijau. Penyebaran tanaman kedelai ke Indonesia berasal dari
daerah Manshukuo menyebar ke daerah Mansyuria: Jepang (Asia Timur) dan ke
negara-negara lain di Amerika dan Afrika.
2.   SYARAT PERTUMBUHAN KACANG KEDELAI
a) Tanaman kedelai sebagian besar tumbuh di daerah yang beriklim tropis dan
subtropis. Sebagai barometer iklim yang cocok bagi kedelai adalah bila cocok bagi
tanaman jagung. Bahkan daya tahan kedelai lebih baik daripada jagung. Iklim
kering lebih disukai tanaman kedelai dibandingkan iklim lembab.
b) Tanaman kedelai dapat tumbuh baik di daerah yang memiliki curah hujan sekitar
100-400 mm/bulan. Sedangkan untuk mendapatkan hasil optimal, tanaman
kedelai membutuhkan curah hujan antara 100-200 mm/bulan.
c) Suhu yang dikehendaki tanaman kedelai antara 21-34 derajat C, akan tetapi suhu
optimum bagi pertumbuhan tanaman kedelai 23-27 derajat C. Pada proses
perkecambahan benih kedelai memerlukan suhu yang cocok sekitar 30 derajat C.

3.   PENGAIRAN KACANG KEDELAI
Kedelai menghendaki kondisi tanah yang lembab tetapi tidak becek. Kondisi
seperti ini dibutuhkan sejak benih ditanam hingga pengisian polong. Saat
menjelang panen, tanah sebaiknya dalam keadaan kering. Kekurangan air pada
masa pertumbuhan akan menyebabkan tanaman kerdil, bahkan dapat
menyebabkan kematian apabila kekeringan telah melalui batas toleransinya.
kekeringan pada masa pembungaan dan pengisian polong dapat menyebabkan
kegagalan panen.
Di lahan sawah irigasi, pemberian air di sawah bisa diatur. Namun bila tidak ada
irigasi, penyediaan air hanya hanya dapat dilakukan dengan mengatur waktu
tanamnya dan pemberian mulsa. Mulsa berupa jerami atau potongan-potongan
tanaman lainnya yang dihamparkan pada permukaan tanah. Mulsa ini akan
mencegah penguapan air secara berlebihan.
Apabila ada irigasi dan tidak ada hujan selama lebih dari 7 hari, tanah harus diairi.
Caranya tanaman digenangi air selama 30-60 menit. Pengairan seperti ini diulangi
setiap 7-10 hari. Pengairan tidak dilakukan lagi apabila polong telah terisi penuh.
Pada tanah yang keras (drainase buruk) kelebihan air akan meyebabkan akar
membusuk. Di tanah berdrainase buruk harus dibuat saluran drainase di setiap 3-
4 meter lahan memanjang sejajar dengan barisan tanam. Hal ini terutama
dilakukan pada saat musim hujan.

4.   FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN KACANG KEDELAI
a) Aphis SPP (Aphis Glycine)
Kutu dewasa ukuran kecil 1-1,5 mm berwarna hitam, ada yang bersayap dan
tidak. Kutu ini dapat dapat menularkan virus SMV (Soyabean Mosaik Virus).
Menyerang pada awal pertumbuhan dan masa pertumbuhan bunga dan polong.
Gejala: layu, pertumbuhannya terhambat. Pengendalian: (1) menanam kedelai
pada waktunya, mengolah tanah dengan baik, bersih, memenuhi syarat, tidak
ditumbuhi tanaman inang seperti: terung-terungan, kapas-kapasan atau kacangkacangan;
(2) membuang bagian tanaman yang terserang hama dan
membakarnya; (3) menggunakan musuh alami (predator maupun parasit); (4)
penyemprotan insektisida dilakukan pada permukaan daun bagian atas dan
bawah.
b) Melano Agromyza Phaseoli, kecil sekali (1,5 mm)
Lalat bertelur pada leher akar, larva masuk ke dalam batang memakan isi batang,
kemudian menjadi lalat dan bertelur. Lebih berbahaya bagi kedelai yang ditanam
di ladang. Pengendalian: (1) waktu tanam pada saat tanah masih lembab dan
subur (tidak pada bulan-bulan kering); (2) penyemprotan Agrothion 50 EC, Azodrin
15 WSC, Sumithoin 50 EC, Surecide 25 EC
c) Kumbang daun tembukur (Phaedonia Inclusa)
Bertubuh kecil, hitam bergaris kuning. Bertelur pada permukaan daun. Gejala:
larva dan kumbang memakan daun, bunga, pucuk, polong muda, bahkan seluruh
tanaman. Pengendalian: penyemprotan Agrothion 50 EC, Basudin 50 EC,
Diazinon 60 EC, dan Agrothion 50 EC.
d) Cantalan (Epilachana Soyae)
Kumbang berwarna merah dan larvanya yang berbulu duri, pemakan daun dan
merusak bunga. Pengendalian: sama dengan terhadap kumbang daun tembukur.
e) Ulat polong (Etiela Zinchenella)
Ulat yang berasal dari kupu-kupu ini bertelur di bawah daun buah, setelah
menetas, ulat masuk ke dalam buah sampai besar, memakan buah muda. Gejala:
pada buah terdapat lubang kecil. Waktu buah masih hijau, polong bagian luar
berubah warna, di dalam polong terdapat ulat gemuk hijau dan kotorannya.
Pengendalian: (1) kedelai ditanam tepat pada waktunya (setelah panen padi),
sebelum ulat berkembang biak; (2) penyemprotan obat Dursban 20 EC sampai 15
hari sebelum panen.
f) Kepala polong (Riptortis Lincearis)
Gejala: polong bercak-bercak hitam dan menjadi hampa. Pengendalian:
penyemprotan Surecide 25 EC, Azodrin 15 WSC.
g) Lalat kacang (Ophiomyia Phaseoli)
Menyerang tanaman muda yang baru tumbuh. Pengendalian: Saat benih
ditanam, tanah diberi Furadan 36, kemudian setelah benih ditanam, tanah ditutup
dengan jerami . Satu minggu setelah benih menjadi kecambah dilakukan
penyemprotan dengan insektisida Azodrin 15 WSC, dengan dosis 2 cc/liter air,
volume larutan 1000 liter/ha. Penyemprotan diulangi pada waktu kedelai berumur
1 bulan.
h) Kepik hijau (Nezara Viridula)
Panjang 16 mm, telur di bawah permukaan daun, berkelompok. Setelah 6 hari
telur menetas menjadi nimfa (kepik muda), yang berwarna hitam bintik putih. Pagi
hari berada di atas daun, saat matahari bersinar turun ke polong, memakan
polong dan bertelur. Umur kepik dari telur hingga dewasa antara 1 sampai 6
bulan. Gejala: polong dan biji mengempis serta kering. Biji bagian dalam atau kulit
polong berbintik coklat. Pengendalian: Azodrin 15 WCS, Dursban 20 EC,
Fomodol 50 EC.
12. DAFTAR PUSTAKA
a)    AAK. (1989). Kedelai. Yogyakarta. Kanisius.
b)    Balai Informasi Pertanian (1983/84). Kedele. Departemen Pertanian Banjarbaru
c)    Capricorn Indo Consult. (1998). Studi Tentang Agroindustri dan Pemasaran
JAGUNG & KEDELAI di Indonesia.
d)    Marwanto. (1992). Intensitas Serangan Jamur Selama Penundaan Saat Panen
dan Mutu Benih Kedelai (Glycine max L. Merill). Akata Agrosia, 1 (1):10-14.
e)    Pasaribu, Askip. (1995). Respon Tanaman Kedelai (Glycine max) terhadap
Herbisida dan Inokulasi Beberapa Strain Bradyrhizobium japonicum. Jurnal
Penelitian Pertanian, 14 (3): 128-136
f)     Wiroatmodjo; Sulistyono, Eko. (1991). Perbaikan Budidaya Basah Kedelai. Buletin
Agronomi, 10 (1): 27-37

Data percarian to google 2011

Posting Komentar untuk "PENGERTIAN KACANG KEDELAI"